Jelang pemilihan presiden AS pada hari Selasa waktu setempat yang penuh ketidakpastian, Federal Reserve hampir dipastikan akan melanjutkan pemotongan suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini hanya dua hari setelahnya. Dengan inflasi yang secara bertahap terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga, banyak ekonom memandang keputusan ini sebagai langkah tepat. Namun, hasil quick count pemilu yang dapat mulai terlihat sebelum pertemuan Fed hari Kamis nanti dapat menambah keraguan pada arah kebijakan Fed di masa mendatang, terutama jika Donald Trump berhasil memenangkan kembali kursi kepresidenan.
Proyeksi Kebijakan Trump dan Dampak pada Inflasi
Usulan kebijakan ekonomi dari Trump, seperti penerapan tarif universal yang tinggi pada semua barang impor dan langkah-langkah keras terhadap imigrasi ilegal, memiliki potensi untuk memicu kenaikan inflasi. Kebijakan ini dapat memaksa Fed memperlambat atau bahkan menghentikan siklus pemangkasan suku bunga. Pada masa kepresidenan sebelumnya, Trump telah memberlakukan tarif pada berbagai barang yang mempengaruhi sebagian harga konsumen. Kini, dia mengusulkan tarif yang jauh lebih luas dan dapat meningkatkan inflasi hingga dua persen pada tahun berikutnya, menurut analisis dari Peterson Institute for International Economics.
Langkah Langkah Fed di Tengah Ekonomi yang Masih Kuat
Pada pekan ini, diprediksi bahwa Fed, yang dipimpin oleh Jerome Powell, akan memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat poin, menyusul pemotongan setengah poin pada bulan September. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi menyesuaikan kondisi dengan lingkungan inflasi yang lebih rendah, mengingat inflasi telah menunjukkan penurunan yang signifikan sejak mencapai puncaknya pada 9,1% pada Juni 2022. Perdebatan mengenai tingkat "netral" bagi suku bunga terus berlanjut, namun banyak ekonom berpendapat bahwa saat ini Fed harus tetap berhati-hati agar tidak menghambat pertumbuhan dengan suku bunga yang terlalu tinggi.
Ketidakpastian Ekonomi di Bawah Potensi Kebijakan Fiskal Baru
Ekonomi AS saat ini menunjukkan berbagai indikator positif, terus tumbuh lebih cepat dibandingkan kebanyakan negara maju lainnya. Namun, dinamika politik domestik dan kebijakan fiskal yang akan diimplementasikan oleh pemerintahan baru menjadi faktor risiko yang tidak bisa diabaikan. David Kelly dari JPMorgan Asset Management menunjukkan bahwa kemenangan Trump berpotensi membuat Fed menunda penurunan suku bunga di bulan Desember karena kebijakan fiskal yang ekspansif dari Trump dapat memicu inflasi lebih tinggi.
Implikasi Kemenangan Harris bagi Kebijakan Moneter
Sementara itu, jika Kamala Harris memenangkan pemilihan, diperkirakan ekonomi Amerika Serikat akan melanjutkan pelandaiannya dengan lembut. Hal ini memungkinkan Fed untuk meneruskan rencana penurunan suku bunganya secara bertahap, sesuai dengan proyeksi yang telah dipetakan. Dalam skenario ini, arah kebijakan moneter akan lebih terfokus pada pelonggaran untuk menstimulasi pertumbuhan, dengan tetap menjaga inflasi dalam target yang telah ditetapkan.