Saham Evergrande China Melonjak Usai Penunjukan Pejabat Negara di Dewan Direksi

© Reuters.

Oleh Gina Lee

Investing.com – Saham perusahaan pengembang properti China Evergrande Group (HK:3333) naik pada hari Senin, terkait berita bahwa perusahaan akan menunjuk pejabat dari unit pengelola aset negara China Cinda Asset Management Co. Ltd. (HK:1359) dalam kursi dewan direksinya.

Saham perusahaan di Hong Kong ini melonjak 7,26% di HK$1,92 ($0,25) pukul 11:43 PM ET (4:43 AM GMT), setelah melonjak lebih dari 13% di awal sesi.

China Evergrande mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka akan menunjuk dua anggota dewan baru, yang pertama adalah direktur non-eksekutif Liang Senlin, ketua China Cinda (HK) Holdings Co. Ltd.

Yang kedua adalah Shawn Siu, ketua China Evergrande New Energy Vehicle Group Limited. Perusahaan mengatakan pada Oktober 2021 bahwa mereka akan memprioritaskan pertumbuhan bisnis kendaraan listrik yang baru lahir di atas operasi inti real estatnya.

Kedua penunjukan tersebut diketahui setelah pembentukan komite manajemen risiko China Evergrande pada Desember 2021, yang anggotanya sebagian besar terdiri dari pejabat senior dari entitas negara termasuk China Cinda Asset Management.

Sementara itu, China Evergrande masih memiliki kewajiban utang lebih dari $300 miliar, termasuk obligasi internasional senilai hampir $20 miliar yang semuanya dianggap gagal bayar setelah perusahaan gagal membayarnya pada akhir 2021 silam.

Aset China Evergrande kemungkinan akan diambil alih oleh perusahaan milik negara sebagai bagian dari restrukturisasi yang dipimpin oleh pemerintah Provinsi Guangdong, dan penunjukan tersebut merupakan tanda yang meyakinkan bahwa restrukturisasi tengah berlangsung.

Saham juga mendapat dorongan dari laporan hari Jumat dari REDD, yang mengatakan pemerintah provinsi ingin bertujuan untuk merilis kerangka rencana restrukturisasi utang untuk perusahaan pada Maret 2022. Juga, berencana untuk memisahkan aset luar negeri perusahaan dan menjualnya untuk melunasi utang luar negeri, sehingga meningkatkan harapan bagi lembaga pemberi pinjaman asing untuk mendapatkan kembali sebagian dananya, tambah laporan itu.