IDXChannel - Peluang resesi untuk perekonomian Amerika Serikat (AS) di 2024 meningkat ke level 35 persen dari sebelumnya 25 persen. Peningkatan potensi resesi AS ini diproyeksikan raksasa bank AS, JP Morgan.
Head of Research Panin Sekuritas, Nico Laurens dan Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan dalam risetnya mengatakan, JP Morgan telah menaikkan peluang resesi AS pada akhir tahun ini karena data tenaga kerja AS yang kurang positif.
"Kekhawatiran akan resesi AS menyusul laporan pekerjaan Juli yang lebih lemah dari yang diperkirakan dan berhentinya carry trade yang didanai oleh Yen Jepang telah memicu aksi jual yang tajam pada saham-saham global pada awal pekan ini," kata Nico, Jakarta, Senin (12/8).
Menurutnya, pasar saat ini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebesar 25 bps di September 2024 (78 persen) 50 bps di November 2024 (75,3 persen) dan 75 bps di Desember 2024 (66,4 persen) jika mengacu pada FedWatch milik CME.
Di sisi lain, beberapa pejabat Bank of Japan, dalam memutuskan kenaikan suku bunga yang penting bulan lalu, mendiskusikan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Sembilan anggota dewan memperdebatkan risiko bahwa kenaikan biaya impor dan kenaikan upah yang stabil dapat mendorong inflasi lebih dari yang diperkirakan, yang juga menyoroti sikap yang berkembang di dalam dewan bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga mungkin diperlukan.
Sementara itu, dari domestik, kata Felix, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan GDP Indonesia periode kuartal II-2024 sebesar 3,79 persen QoQ (kuartal I-2024 minus 0,83 persen QoQ); tumbuh 5,05 persen YoY (kuartal I-2024 tumbuh 5,11 persen YoY) di atas estimasi dari konsensus ekonom di kisaran tumbuh 3,71 persen QoQ; tumbuh 5,00 persen YoY.
"Pertumbuhan GDP tersebut masih ditopang oleh sektor konsumsi yang tumbuh sebesar 2,62 persen YoY dan PMTB tumbuh 1,32 persen YoY. Namun konsumsi pemerintah menurun signifikan menjadi hanya tumbuh 0,25 persen YoY (kuartal I-2024: 1,06 persen YoY)," ujarnya.
Di sisi lain, Presiden Jokowi memberikan instruksi kepada para menterinya untuk mencari solusi atas terkontraksinya Purchasing Manager Index (PMI) periode Juli 2024 yang turun ke level 49,3 akibat melemahnya tingkat produksi dan new orders seiring dengan melemahnya permintaan eksternal.
"Patut dicermati jika kontraksi PMI terjadi sejak bulan Agustus 2021. Selain itu, S&P Global juga mencatat adanya ketegangan di Timur Tengah juga menjadi faktor penghambat rantai pasok yang mencatat rata-rata waktu pengiriman diperpanjang," kata Felix.
Menurut riset tersebut, sepanjang awal 5-9 Agustus 2024, Bank Indonesia (BI) mencatat nilai beli neto non-residen sebesar Rp1,62 triliun di pasar keuangan domestik.
Dengan rincian (1) beli neto Rp2,24 triliun di pasar SBN, (2) beli neto Rp0,65 triliun di pasar saham, dan (3) beli neto sebesar Rp1,28 triliun di SRBI. Posisi yield SBN 10 tahun turun menjdi 6,78 persen, dan Premi CDS Indonesia 5 tahun per 8 Agustus 2024 juga turun ke 76,32 bps.
Sementara posisi cadangan devisa Juli 2024 tercatat naik menjadi USD145,4 miliar (Juni-24: USD140,2 miliar) yang didorong penerbitkan ukuk global, serta penerimaan pajak dan jasa.
Berikut penerbitan surat utang dalam negeri:
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK Nomor 10 Tahun 2024 tentang Penerbitan dan Pelaporan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah. Hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan keterbukaan informasi dan pengawasasn atas penerbitan Obligasi dan Sukuk Daerah.
Terdapat empat hal penting yakni: (1) wajib memeroleh hasil pemeringkat Obligasi dan Sukuk Daerah, (2) kewajiban penyampaian laporan keuangan Pemereintah Daerah (Pemda) di situs web masing-masing Pemda, (3) penyampaian dokumen Peraturan Daerah sebagai persyaratan Pernyataan Pendaftaran,
dan (4) penghapusan kewajiban penyampaian dokumen lain seperti pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
- PT Federal International Finance (FIF) berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Tahap IV sebesar sebesar Rp1 triliun yang terdiri dari 2 seri, yakni (1) Seri A (tenor: 1 tahun) dengan tingkat kupon 6,35 persen per tahun sampai 7,15 persen per tahun; dan (2) Seri B (tenor: 3 tahun) dengan tingkat kupon 6,45 persen per tahun sampai 7,35 persen per tahun; (3) Seri C dengan tenor Rp37,02 miliar (7 tahun; 9,00 persen per tahun). Masa penawaran dilakukan 2-16 Agustus 2024.
- PT Dian Swastatika Tbk (DSSA) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Tahap III dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap III Tahun 2024 dengan nilai pokok masing- masing sebesar Rp1 triliun dan Rp500 miliar.
Terdapat tiga seri yang diterbitkan: (1) Seri A (tenor: 1 tahun) dengan tingkat kupon 6,75 persen per tahun sampai 7,25 persen per tahun; (2) Seri B (tenor: 3 tahun) dengan kupon 7,5 persen per tahun hingga 8,5 persen per tahun; dan (3) Seri C (tenor: 5 tahun) dengan kupon 8,25 persen sampai 9,00 persen.
(Fiki Ariyanti)