IDNFinancials.com - JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (AS) melemah bersama penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury) pada Jumat (16/5), menyusul rilis data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan.
Indeks dolar turun 0,1% menjadi 100,70, meski masih mencatat kenaikan tipis sebesar 0,3% sepanjang minggu, terutama berkat lonjakan 1,3% pada awal pekan.
Imbal balik (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun lebih lanjut menjadi 4,4413%, sementara obligasi dua tahun turun menjadi 3,9608%.
Data tersebut memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga lebih dari satu kali tahun ini.
Sepanjang minggu ini, pergerakan pasar dimulai dengan dorongan positif berkat kesepakatan dagang sementara antara AS dan China, yang sempat menguatkan dolar.
Namun, sentimen tersebut cepat mereda dan pasar valuta asing kembali stagnan.
Salah satu pergerakan tajam datang dari nilai tukar dolar terhadap won Korea Selatan, yang anjlok selama dua hari berturut-turut.
Penurunan ini dipicu oleh kabar pemerintah AS dan Korea Selatan membahas pasar dolar/won awal bulan ini.
George Vessey, Kepala Strategi Makro dan Valuta Asing di Convera, mengungkapkan spekulasi menguat bahwa Presiden Donald Trump mendukung pelemahan dolar guna mendorong daya saing ekspor AS.
“Pemerintah tampaknya menekan negara-negara Asia agar tidak terus-menerus membiarkan mata uang mereka melemah terhadap dolar,” katanya, seperti dikutip oleh Reuters, Jumat (16/5).
Di pasar yang lebih luas, dolar mengalami tekanan setelah data indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) untuk April mencatat penurunan tak terduga, menyusul data inflasi konsumen yang juga jinak di awal pekan. Kombinasi ini membuat pelaku pasar semakin yakin The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali tahun ini.
Ketua The Fed Jerome Powell dalam pidatonya pada Kamis menyatakan pihaknya sedang mengevaluasi ulang pendekatan kebijakan moneter, termasuk dalam menimbang ulang bobot antara inflasi dan penciptaan lapangan kerja. Hal ini memberi sinyal The Fed akan lebih fokus pada inflasi saat menetapkan suku bunga.
Kristina Clifton, analis mata uang senior di Commonwealth Bank of Australia, mengatakan, “Kami memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali tahun ini. Tapi jika inflasi kembali meningkat, pemangkasan bisa lebih sedikit dari perkiraan.”
Sementara itu, yen Jepang menguat 0,26% terhadap dolar menjadi 145,30 setelah data terbaru menunjukkan ekonomi Jepang menyusut untuk pertama kalinya dalam setahun pada kuartal pertama 2025.
Kontraksi ini juga lebih dalam dari perkiraan dan menyoroti rapuhnya pemulihan ekonomi Jepang yang terancam oleh kebijakan dagang AS.
Di kawasan lain, dolar Australia menguat tipis ke US$0,6406, sedangkan dolar Selandia Baru turun 0,02% ke US$0,5874 dan mencatat pelemahan mingguan lebih dari 0,5%. (EF)