Trump Menandatangani Perintah Eksekutif yang Memperpanjang Deadline Tarif ke 1 Agustus dari 9 Juli
Warta Ekonomi - Harga emas dunia (XAUUSD) bergerak terbatas sepanjang pekan ini di tengah tekanan dari penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah dari Amerika Serikat (AS). Meski demikian, analis menilai potensi penguatan harga emas masih terbuka jika tren bullish mampu dipertahankan.
Analis Dupoin, Andy Nugraha, mengungkapkan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik lima basis poin menjadi 4,334%. Sementara imbal hasil riil juga meningkat ke 2,034%. Kondisi ini menjadi faktor utama yang menekan harga emas.
Baca Juga: Indonesia Diminta Jaga Komunikasi di Negara Teluk, Ribut Sedikit Harga Minyak Naik, Emas dan Rupiah Bergejolak
“Kenaikan yield ini membuat daya tarik investasi emas berkurang, karena investor cenderung mencari instrumen dengan imbal hasil lebih pasti,” ujar Andy, dilansir Sabtu (5/7).
Indeks Dolar AS (DXY) tercatat menguat 0,34% ke 97,10. Hal tersebut menambah tekanan terhadap harga logam mulia. Mengingat emas dihargai dalam dolar, maka penguatan mata uang ini membuat emas relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Laporan Ketenagakerjaan Amerika Serikat (Non-Farm Payrolls) menunjukkan penambahan 147.000 lapangan kerja pada Juni, melampaui ekspektasi 110.000. Tingkat pengangguran juga turun dari 4,2% menjadi 4,1%. Data ini memperkuat posisi The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan kebijakan suku bunga secara hati-hati.
Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, mengonfirmasi pendekatan "wait and see" terhadap kebijakan moneter, terutama karena potensi inflasi akibat tarif perdagangan dan perkembangan politik soal paket fiskal baru dari AS.
Andy menilai saat ini kombinasi indikator candlestick dan moving average menunjukkan bahwa tren naik harga emas mulai melemah. Namun bukan berarti hal ini menutup kemungkinan adanya kenaikan harga dari emas.
“Meskipun tren naik masih ada, namun kekuatannya mulai memudar. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir minggu dan berpotensi berlanjut ke minggu depan,” jelas Andy.
Baca Juga: Jelang 9 Juli, Pasar Saham Tertekan Ancaman Tarif AS! Investor Sebaiknya Siap-siap Buru Saham Diskon
Ia memperkirakan bahwa jika tekanan bullish mampu bertahan, harga emas berpeluang naik menuju level US$3.450 pada pekan depan. Namun, jika harga menembus titik kunci di US$3.212, maka ada potensi reversal dengan target penurunan menuju kisaran US$3.133.