Dalam laporan Oil Monitor terbaru dari Bank of America, penurunan harga minyak yang mencolok disebabkan oleh pergeseran dinamika pasar, dengan kekhawatiran geopolitik yang mulai mengungguli faktor-faktor dari sisi suplai.
Sedangkan menurut analisis Citi, persepsi pasar terhadap risiko geopolitik di Timur Tengah telah melunak, yang menyebabkan tekanan turun pada harga Brent crude oil, yang sempat turun di bawah $82 per barel. Meskipun ada ketegangan yang sedang berlangsung di wilayah tersebut, fokus telah bergeser ke arah fundamental yang lebih longgar.
"Persepsi pasar terhadap dampak perkembangan geopolitik di Timur Tengah terhadap pasokan minyak global telah berkurang, dengan premi risiko pada opsi OTM yang juga berkurang, sehingga harga minyak mentah berada di bawah tekanan turun yang kuat," tulis Citi.
Skenario dasar Citi mengantisipasi pelonggaran harga minyak secara bertahap sepanjang tahun 2024, dengan proyeksi $86 per barel di kuartal kedua dan $74 per barel di kuartal ketiga. Meskipun terjadi penurunan baru-baru ini, Citi memperingatkan agar tidak melakukan pembelian spekulatif, dan menyarankan para investor untuk memanfaatkan reli dengan melakukan penjualan.
"Dengan harga minyak mentah yang kini diperdagangkan lebih dari $10/bbl dari level tertingginya, kami tidak dapat mengesampingkan beberapa aksi beli spekulatif, tetapi kami masih percaya bahwa strategi yang tepat dalam keseimbangan antara risiko-risiko geopolitik dan fundamental yang melonggarkan ini adalah dengan melakukan aksi jual pada setiap reli," jelas mereka.