5 Proyek Airdrop Terbaik Pekan Ini yang Wajib Dikejar Para Airdrop Hunter
Warta Ekonomi - Harga Bitcoin jatuh di bawah level psikologis US$99.000 menyusul serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir utama Iran. Koreksi ini menandai level terendah Bitcoin sejak 9 Mei 2025 dan memicu gelombang penurunan di seluruh pasar aset digital global.
Ethereum, kripto terbesar kedua, turun lebih dari 10 persen sebelum pulih sebagian. Altcoin lain juga tertekan seperti Solana turun lebih dari 7 persen, XRP 8 persen, dan Dogecoin anjlok lebih dari 9 persen.
Menurut data CoinGlass, lebih dari $1 miliar posisi kripto terlikuidasi dalam 24 jam terakhir. Mayoritas berasal dari posisi long dengan eksposur berlebihan, mencerminkan kondisi pasar yang rapuh di tengah gejolak geopolitik.
Baca Juga: AS Serang Iran, Harga Bitcoin Anjlok ke Bawah US$101.000
Vice President INDODAX, Antony Kusuma, menjelaskan bahwa penurunan harga Bitcoin saat ini lebih dipicu oleh sentimen makro ketimbang faktor teknikal. “Pasar kripto sangat sensitif terhadap berita geopolitik. Respons terhadap serangan AS ke Iran menunjukkan bahwa Bitcoin masih dipandang sebagai aset berisiko,” ujarnya.
Antony mencatat bahwa sejak munculnya kabar potensi serangan pada minggu lalu, pelaku pasar mulai mengurangi eksposur kripto. Arus masuk ke ETF spot Bitcoin menurun drastis: dari lebih dari $1 miliar pada Senin hingga Rabu pekan lalu, menjadi nihil pada Kamis dan hanya $6,4 juta pada Jumat.
JPMorgan memperkirakan harga minyak bisa melonjak ke $130 per barel jika Iran menutup Selat Hormuz. Lonjakan tersebut dapat mendorong inflasi AS mendekati 5 persen dan mengubah arah kebijakan suku bunga The Fed.
Baca Juga: Selat Hormuz Berpotensi Ditutup, Harga Bitcoin Jatuh Tembus Bawah US$100.000
Ketidakpastian ini mendorong investor keluar dari aset berisiko seperti kripto menuju instrumen yang lebih aman. Akibatnya, pasar kripto mengalami tekanan jual yang signifikan.
Meski begitu, sejak halving Bitcoin pada April 2024, pasar masih berada dalam tren siklus naik yang biasanya berlangsung 12 hingga 18 bulan. Antony menilai bahwa prospek kenaikan harga tetap terbuka.
“Fundamental Bitcoin masih kuat dengan suplai terbatas dan penerimaan institusi yang meningkat. Koreksi ini bagian dari dinamika jangka pendek dalam siklus kripto,” jelasnya.
INDODAX menyatakan komitmennya untuk mendukung edukasi, transparansi, dan kerja sama dengan regulator demi memastikan transaksi aset kripto di Indonesia berlangsung aman dan terawasi.