Pemilu Presiden Amerika Serikat adalah momen penting yang berdampak signifikan terhadap pasar keuangan global, termasuk pasar negara berkembang (emerging markets/EM). Kebijakan ekonomi, perdagangan, dan geopolitik Amerika Serikat dapat mengubah dinamika ekonomi di banyak negara berkembang. Dalam artikel ini, kita akan membahas tiga aspek utama bagaimana Pemilu AS dapat memengaruhi pasar negara-negara berkembang.
1. Dampak Kebijakan Ekonomi dan Moneter
Sebagai ekonomi terbesar di dunia, kondisi ekonomi AS sangat memengaruhi pasar negara berkembang. Faktor-faktor seperti pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, suku bunga, dan nilai tukar dolar AS sering kali berhubungan erat dengan aset-aset di pasar negara berkembang.
Sebagai contoh, kemenangan Partai Republik, terutama jika Trump kembali berkuasa, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat namun juga berpotensi meningkatkan inflasi dan suku bunga. Hal ini cenderung menguatkan dolar AS dalam jangka pendek, yang bisa menjadi tantangan bagi negara-negara berkembang yang memiliki utang dalam mata uang dolar. Kenaikan nilai dolar akan meningkatkan biaya pinjaman dan dapat mengurangi aliran investasi asing ke negara-negara ini.
Sebaliknya, kebijakan moneter di bawah Partai Demokrat kemungkinan lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga dan lebih fokus pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Meskipun demikian, dalam kedua skenario, peningkatan suku bunga AS cenderung berdampak pada aliran modal dan dapat menekan mata uang negara-negara berkembang.
2. Perubahan Kebijakan Perdagangan
Kebijakan perdagangan juga menjadi elemen kunci dalam dampak Pemilu AS terhadap pasar negara berkembang. Presiden AS memiliki kekuatan besar dalam membentuk hubungan dagang internasional, dan tarif perdagangan telah menjadi alat kebijakan yang sering digunakan dalam beberapa tahun terakhir.
Jika Trump menang, kebijakan proteksionis yang keras, seperti pemberlakuan tarif yang tinggi terhadap barang impor, terutama dari China, kemungkinan akan berlanjut. Hal ini bisa menambah ketidakpastian dan volatilitas pasar, terutama di negara-negara seperti Meksiko dan beberapa negara Asia yang sangat bergantung pada ekspor. Sebaliknya, di bawah pemerintahan Demokrat, kebijakan perdagangan yang lebih multilateral dan stabil diharapkan, yang dapat memberikan kepastian lebih besar bagi pasar negara berkembang dalam jangka panjang.
Lebih jauh, JPMorgan menjelaskan dalam sebuah catatan: "Meskipun ketakutan terhadap tarif dapat menyebabkan volatilitas pasar, pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat dalam skenario Trump kemungkinan akan menarik lebih banyak impor dibandingkan skenario Harris. Hal ini akan menjadi kabar baik bagi para eksportir pasar negara berkembang di Asia dan Meksiko."
Meski demikian, baik di bawah Trump maupun Demokrat, ketegangan perdagangan dengan China tampaknya akan terus berlanjut. Pembatasan teknologi terhadap perusahaan China kemungkinan akan terus diperketat, yang mendorong investor global untuk mengalihkan fokus mereka ke pasar seperti Taiwan dan Korea Selatan, yang merupakan pemain utama dalam produksi semikonduktor global. India, yang terus meningkatkan perannya dalam rantai pasokan global, juga diperkirakan akan menarik lebih banyak investasi sebagai alternatif dari China.
3. Dinamika Geopolitik dan Implikasi Regional
Hubungan geopolitik AS dengan negara-negara besar seperti China, Rusia, Meksiko, dan negara-negara di Timur Tengah akan sangat bergantung pada siapa yang memenangi pemilu. Kemenangan Trump bisa menyebabkan pendekatan yang lebih unilateralis dan isolasionis, terutama dalam hal perdagangan dan diplomasi. Ini bisa memicu ketidakstabilan di negara-negara yang sangat bergantung pada hubungan dagang dan diplomatik yang stabil dengan AS, seperti Meksiko dan negara-negara Amerika Latin lainnya.
Di Timur Tengah, peningkatan produksi bahan bakar fosil di AS di bawah pemerintahan Partai Republik bisa menekan harga minyak internasional, memberikan tekanan kompetitif tambahan kepada eksportir minyak di kawasan Teluk. Sementara itu, di Asia, hubungan AS-Tiongkok yang sudah tegang diperkirakan akan tetap menjadi tantangan besar, terlepas dari siapa yang menjadi presiden. Namun, negara-negara seperti India dan Korea Selatan mungkin melihat peluang investasi baru karena pergeseran fokus dari China. Seperti yang dijelaskan firma investasi Schroders dalam sebuah rilisnya: “Dengan mengurangi ketergantungan pada China, AS kemungkinan perlu memperkuat hubungan dengan sekutu-sekutu seperti Taiwan dan Korea serta negara-negara Amerika Selatan untuk memenuhi kebutuhannya dan mencari sumber mineral penting guna mendukung produksi baru.”
Dalam konteks ini, negara-negara berkembang harus waspada terhadap perubahan kebijakan AS, baik di bidang perdagangan, moneter, maupun geopolitik. Meskipun Pemilu AS dapat menimbulkan volatilitas jangka pendek, tren jangka panjang seperti pertumbuhan kelas menengah dan inovasi teknologi di negara-negara berkembang masih menjadi faktor pendorong utama bagi kinerja pasar dalam jangka panjang.