
Silakan coba pencarian lain
Oleh Ambar Warrick
Investing.com - Sebagian besar mata uang Asia turun pada hari Rabu setelah penguatan dolar dan lonjakan imbal hasil Treasury semalam, dan pasar bersabar menunggu lebih banyak isyarat tentang kebijakan moneter dari risalah rapat Federal Reserve bulan Februari.
Dolar masih berada di sekitar level tertinggi enam minggu terhadap sejumlah mata uang. Indeks dolar dan indeks dolar berjangka diperdagangkan sideways di perdagangan Asia. Namun, greenback menguat dalam perdagangan semalam.
Imbal hasil Treasury AS juga naik setelah aktivitas bisnis AS Februari lebih baik, yang menunjukkan bahwa ekonomi terbesar di dunia ini masih berjalan dengan baik, memberikan Fed lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga.
Risalah Fed, yang akan dirilis pada hari ini, diperkirakan akan menegaskan kembali sikap hawkish bank sentral. Namun, sikap tersebut kini lebih kuat setelah inflasi AS secara mengejutkan alami kenaikan di bulan Januari.
Mata uang Asia melemah karena hal tersebut, utamanya yuan China turun 0,3% pada hari Rabu. Mata uang ini juga tertekan oleh meningkatnya ketidakpastian akan pemulihan ekonomi China, pasalnya indikator-indikator ekonomi yang dirilis sejauh ini memberikan gambaran yang beragam mengenai ekonomi terbesar di Asia ini.
Bank sentral China mempertahankan suku bunga hipotek utamanya berada di rekor terendah minggu ini, saat juga bergerak untuk memfasilitasi pemulihan ekonomi. Namun tren ini juga negatif untuk yuan, akibat kesenjangan antara suku bunga pinjaman lokal dan internasional melebar.
Yen naik 0,1%, tetapi mengalami penurunan besar untuk minggu ini di tengah ketidakpastian atas pidato yang akan disampaikan oleh calon Gubernur Bank of Japan, Kazuo Ueda. Ueda diharapkan akan menjelaskan lebih lanjut mengenai rencana bank sentral untuk kebijakan sangat longgar tahun ini.
Anggota dewan BOJ Naoki Tamura mengatakan pada hari Rabu bahwa mengakhiri kebijakan sangat longgar akan sangat bergantung pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Dolar Selandia Baru membalikkan kenaikan awal dan turun 0,3%, bahkan ketika Reserve Bank of New Zealand menaikkan suku bunga sebesar 50 basis dan mengisyaratkan kenaikan lanjutan. Namun bank sentral juga mengindikasikan perlambatan drastis pertumbuhan ekonomi tahun ini, karena dampak dari suku bunga yang lebih tinggi dan kenaikan inflasi.
Baht Thailand turun paling besar di antara mata uang Asia Tenggara, melemah 0,3%, sementara dolar Australia turun 0,3% usai data menunjukkan upah lokal tumbuh kurang dari yang diperkirakan pada kuartal IV.
Fokus minggu ini juga tertuju data Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS, yang merupakan pengukur inflasi pilihan Fed. Angkanya, yang akan dirilis pada hari Kamis, diperkirakan akan menegaskan kembali bahwa inflasi tetap tinggi di bulan Januari.
Anda yakin ingin memblokir %USER_NAME%?
Jika ya, Anda dan %USER_NAME% tidak akan dapat melihat posting satu sama lain di Investing.com.
%USER_NAME% berhasil dimasukkan ke Daftar Blokir Anda
Karena Anda baru saja membatalkan blokir pengguna ini, Anda harus menunggu 48 jam sebelum kembali memblokir.
Menurut saya, komentar ini:
Terima Kasih!
Laporan Anda telah terkirim untuk ditinjau oleh moderator kami
Tambahkan Komentar
Kami mendorong Anda untuk menggunakan fitur komentar guna berinteraksi dengan pengguna lain, berbagi perspektif, dan saling bertanya antara penulis dan yang lainnya. Namun demikian, mohon perhatikan beberapa kriteria berikut demi menjaga interaksi berkualitas tinggi yang kita hargai dan harapkan:
Pelaku spam atau pelanggaran akan dikeluarkan dari situs dan dilarang melakukan registrasi kembali atas kebijaksanaan Investing.com sendiri.