
Silakan coba pencarian lain
Oleh Ambar Warrick
Investing.com - Mata uang Asia mayoritas bergerak naik pada hari Rabu dan pasar menunggu lebih banyak petunjuk mengenai kebijakan moneter AS dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell, meskipun data ekonomi yang lemah dari China dan ketidakpastian atas kebijakan COVID negara itu membebani sentimen.
Namun, sebagian besar mata uang regional akan mengakhiri November ini bergerak menguat saat dolar AS turun dan ada ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih lambat oleh Fed.
Yuan China naik 0,2%, bahkan ketika data menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di negara tersebut menyusut lebih besar dari yang diperkirakan pada bulan November.
Data ini menyoroti meningkatnya dampak kebijakan anti-COVID pada kesehatan ekonomi China, tatkala negara tersebut bergumul dengan peningkatan kasus infeksi yang mencapai rekor tertinggi.
Pasar juga semakin tidak pasti soal apakah pemerintah China akan mengurangi kebijakan zero-COVID yang ketat di tengah meningkatnya reaksi publik terhadap langkah-langkah lockdown. Kendati ada rumor beredar atas langkah tersebut telah mendorong kenaikan kuat di pasar China pada hari Selasa, reli tampaknya mulai kehabisan tenaga.
Namun, yuan akan naik lebih 2% pada bulan November karena diuntungkan dari dolar yang lebih lemah.
Mata uang Asia lain sedikit menguat seiring turunnya dolar, meskipun sentimen tetap rapuh menjelang pidato oleh Ketua Fed Powell kemudian. Indeks dolar AS dan indeks dolar berjangka AS masing-masing turun 0,1%.
Ketua Fed diharapkan akan menentukan arah kebijakan moneter AS untuk sisa tahun ini dengan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang apakah kenaikan suku bunga AS akan melambat.
Kendati notulen dari rapat bulan November menunjukkan para pengambil kebijakan mendukung laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat dalam beberapa bulan mendatang, beberapa anggota Fed mengingatkan bahwa hal ini akan bergantung pada jalur Inflasi AS, yang masih cenderung jauh di atas target tahunan bank sentral.
Namun, ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih lambat oleh Fed membuat sebagian besar mata uang Asia berada di jalur untuk mencatat kenaikan yang kuat di bulan November.
Won Korea Selatan menjadi pemain terbaik bulan ini, atau naik hampir 7,5% usai Bank of Korea mengisyaratkan bahwa mereka akan terus menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi.
Namun, indikator ekonomi di negara tersebut terus memburuk, di mana data terbaru menunjukkan produksi industri tak diduga menyusut pada bulan Oktober.
Baht Thailand naik 0,2% menjelang kenaikan suku bunga yang diperkirakan pada hari Rabu dan merupakan mata uang Asia Tenggara berkinerja terbaik di bulan November dengan lonjakan 7%.
Yen Japanese turun 0,1% pada hari Rabu usai data menunjukkan produksi industri di negara itu turun lebih besar dari yang diharapkan pada bulan Oktober. Tetapi mata uang ini akan menguat hampir 7% bulan ini setelah berbalik kembali dari level terendah 32 tahun.
Anda yakin ingin memblokir %USER_NAME%?
Jika ya, Anda dan %USER_NAME% tidak akan dapat melihat posting satu sama lain di Investing.com.
%USER_NAME% berhasil dimasukkan ke Daftar Blokir Anda
Karena Anda baru saja membatalkan blokir pengguna ini, Anda harus menunggu 48 jam sebelum kembali memblokir.
Menurut saya, komentar ini:
Terima Kasih!
Laporan Anda telah terkirim untuk ditinjau oleh moderator kami
Tambahkan Komentar
Kami mendorong Anda untuk menggunakan fitur komentar guna berinteraksi dengan pengguna lain, berbagi perspektif, dan saling bertanya antara penulis dan yang lainnya. Namun demikian, mohon perhatikan beberapa kriteria berikut demi menjaga interaksi berkualitas tinggi yang kita hargai dan harapkan:
Pelaku spam atau pelanggaran akan dikeluarkan dari situs dan dilarang melakukan registrasi kembali atas kebijaksanaan Investing.com sendiri.