Tahun lalu, pasar tenaga kerja AS tetap relatif stabil meskipun mengalami kebijakan kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve, tetapi kini memasuki titik krusial yang dapat menentukan arah kebijakan suku bunga selanjutnya. Saat ini, para ekonom memperkirakan bahwa laporan tenaga kerja Januari, yang akan dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja, akan menunjukkan penambahan 170.000 pekerjaan serta tingkat pengangguran tetap di angka 4,1%. Data ini sangat dinantikan, terutama karena potensi perubahan kebijakan moneter bergantung pada hasil ini.
Pasar Tenaga Kerja dan Tekanan Inflasi
Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan bahwa ekonomi yang mendekati lapangan kerja penuh dengan pertumbuhan solid dan inflasi yang menurun memungkinkan Fed untuk terus menurunkan suku bunga. Namun demikian, ketidakpastian terkait tarif yang diberlakukan oleh Presiden Trump dan kebijakan lainnya memperlambat laju penurunan suku bunga. Inflasi secara keseluruhan belum menunjukkan kemajuan signifikan selama enam bulan terakhir, tetapi Goolsbee menyebut banyak di antaranya disebabkan oleh efek basis dari kenaikan inflasi tahun lalu.
Sementara itu, Chair Fed, Jerome Powell, menunjukkan bahwa pasar kerja tetap stabil dan dalam keseimbangan umum. Namun, hal ini juga berarti bahwa setiap tanda perlambatan akan lebih terasa. Dalam konferensi persnya, Powell menekankan bahwa meskipun pasar tenaga kerja kuat, sinyal perlambatan seperti peningkatan pengangguran jangka panjang dan rendahnya tingkat perekrutan menimbulkan perhatian.
Data Tenaga Kerja Terbaru
Data terbaru menunjukkan penurunan tingkat perekrutan, dengan survei menunjukkan penurunan dalam ekspektasi ketenagakerjaan konsumen. Klaim pengangguran masih tinggi dan peningkatan klaim berlanjut menjadi sinyal penting bagi Fed dalam mempertimbangkan kebijakan suku bunga. Bank sentral AS telah menyatakan bahwa mereka tidak akan mempertahankan suku bunga tinggi jika pasar tenaga kerja memburuk.
Dampak Terhadap Kebijakan Moneter
Laporan tenaga kerja yang lebih kuat dari yang diharapkan dapat meningkatkan dolar AS dan menekan pasar ekuitas, dan disaat yang sama juga mengurangi ekspektasi pemotongan suku bunga Fed. Sebaliknya, data yang lebih lemah dapat memperkuat harapan pelonggaran moneter lebih awal, yang mungkin mendukung indeks saham. Di pasar obligasi, volatilitas sering terjadi seiring dengan rilis data ketenagakerjaan, dengan imbal hasil rentan terhadap angka utama dan data pertumbuhan upah.
Fed akan menganalisis laporan ini dengan cermat saat mereka menimbang waktu pemotongan suku bunga potensial pada tahun 2025. Pertumbuhan pekerjaan yang kuat dan tekanan upah yang bertahan dapat memperkuat pendekatan sabar Fed, sementara tanda-tanda pelonggaran pasar tenaga kerja mungkin memperkuat argumen untuk pelonggaran moneter lebih awal.