Investing.com - Dolar AS berusaha naik tipis di awal perdagangan Eropa hari Rabu (15/11), mencoba rebound setelah turun tajam sesi sebelumnya akibat melandainya inflasi AS meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve telah mencapai akhir siklus pengetatan moneternya.
Pukul 15.05 WIB, Indeks Dolar, yang melacak greenback terhadap enam mata uang lainnya, naik 0,1% ke 104,057, tidak jauh dari level terendah dua bulan Selasa di 103,98.
CPI AS lemah tekan dolar dengan keras
Dolar terpukul keras pada hari Selasa setelah data menunjukkan harga konsumen AS tidak berubah di bulan Oktober, sementara angka tahunan naik 3,2% - di bawah ekspektasi - setelah naik 3,7% di bulan September.
Inflasi yang tinggi telah menjadi titik perdebatan utama bagi The Fed dalam mempertahankan sikap hawkish-nya, terutama setelah inflasi naik lebih dari yang diharapkan pada Agustus dan September.
Faktanya, para pejabat Fed sangat ingin mempertahankan sikap hawkish menjelang rilis ini, yang mengakibatkan kejutan negatif berdampak signifikan pada dolar tatkala traders memperkirakan kemungkinan kenaikan lagi tahun ini dan mengalihkan perhatiannya soal kapan Fed mungkin mulai menurunkan suku bunga.
"Kami masih berpikir bahwa pukulan yang menentukan untuk 'menurunkan tahta' dolar harus diberikan oleh data aktivitas yang lebih rendah, yang dapat membuat pasar merasa nyaman dengan penetapan harga untuk lebih banyak penurunan suku bunga," ungkap para analis di ING dalam sebuah catatan. "Jadi, kami akan melihat dengan penuh minat terhada[ angka-angka retail sales."
Data retail sales AS untuk bulan Oktober akan terbit di sesi ini, dan analis memperkirakan turun 0,3% dari bulan sebelumnya, ketika datanya meningkat sebesar 0,7%.
Poundsterling turun, inflasi Inggris turun
Di Eropa, GBP/USD turun 0,2% menjadi 1,2475, turun dari level yang kali terakhir terlihat di bulan September, setelah inflasi Inggris melambat lebih besar dari antisipasi di bulan Oktober, memberikan kelegaan bagi Bank of England.
Inflasi CPI Inggris anjlok menjadi 4,6% basis tahunan pada Oktober, turun tajam dari 6,7% di bulan September - peningkatan terkecil dalam dua tahun.
Bank of England baru ini menghentikan siklus kenaikan suku bunga yang telah membuat suku bunga acuan naik menjadi 5,25%, level tertinggi sejak krisis keuangan 2008. Namun, para pejabat telah menekankan tidak akan memangkas suku bunga, bahkan ketika ekonomi mendekati wilayah resesi.
EUR/USD turun 0,1% ke 1,0867, setelah naik ke level tertinggi Agustus pada Selasa, sebelum rilis produksi industri zona euro terbaru, yang diperkirakan akan turun tajam pada September.
Data pertumbuhan yang dirilis Selasa menunjukkan ekonomi zona euro mengalami kontraksi marjinal dari kuartal ke kuartal pada kuartal ketiga, menggarisbawahi ekspektasi resesi teknikal jika kuartal keempat ternyata sama lemahnya.
Meski demikian, Presiden ECB Christine Lagarde minggu lalu mengatakan bahwa suku bunga akan tetap ketat setidaknya untuk beberapa kuartal karena inflasi tetap tinggi.
Pemulihan Yen terhambat data pertumbuhan yang lemah
Di Asia, USD/JPY naik 0,2% menjadi 150,66, dengan pemulihan yen Jepang dari level terendahnya dalam satu tahun terhambat oleh data produk domestik bruto yang lebih lemah dari perkiraan.
Data hari Rabu menunjukkan PDB Jepang berkontraksi jauh lebih besar pada kuartal ketiga, saat inflasi tinggi dan yen yang lemah menekan belanja swasta.
USD/CNY turun 0,2% menjadi 7,2398. Yuan dibantu oleh data pemerintah yang menunjukkan produksi industri dan retail sales China tumbuh lebih dari harapan, mengindikasikan langkah-langkah stimulus baru-baru ini dari Beijing mendukung beberapa aspek ekonomi.