Oleh Peter Nurse
Investing.com - Dolar AS masih bergerak melemah pada Selasa (29/03) petang sementara yen Jepang sedikit pulih dari aksi jual besar-besaran dan Bank of Japan melanjutkan sikap kebijakan moneternya yang dovish.
Pada pukul 14.20 WIB, Indeks Dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya, diperdagangkan turun tipis 0,08% di 98,977 menurut data Investing.com.
USD/JPY turun 0,13% ke 123,75, mundur sedikit setelah naik ke level terkuat sejak Desember 2015 pada hari Senin, atau naik lebih dari 7% pada bulan lalu setelah Bank of Japan membeli obligasi minggu ini untuk mempertahankan target imbal hasilnya.
Bank sentral Jepang membeli sedikitnya lebih dari $500 juta dalam bentuk obligasi pada hari Senin dan $2 miliar pada awal hari Selasa ini, setelah berjanji untuk melakukan pembelian tanpa batas di pasar hingga Kamis untuk mempertahankan target imbal hasil tenor 10 tahun sebesar 0,25%.
Ini sangat kontras dengan sebagian besar tindakan bank sentral di seluruh dunia, termasuk Federal Reserve AS, yang menaikkan suku bunga, mendorong imbal hasil masing-masing lebih tinggi.
“Kami pikir pergerakan ke 125 dalam USD/JPY adalah masalah 'kapan' daripada 'jika' mengingat pelemahan pasar obligasi di balik meningkatnya ekspektasi pengetatan Fed dan kenaikan harga energi, yang negatif bagi ekonomi negara yang bergantung pada ekspornya," sebut analis di ING dalam catatan. "Risiko kenaikan harusnya terus berlaku bahkan melewati 125 dan 130 berada dalam jangkauan dalam waktu dekat kecuali lingkungan obligasi membaik."
Adapun rupiah stabil di level 14.361,5 per dolar AS hingga pukul 14.31 WIB.
Sementara, EUR/USD terus naik 0,32% menjadi 1,1012 pukul 14.27 WIB, sedikit diuntungkan dari harapan bahwa perundingan damai yang akan dimulai Selasa nanti di Turki dapat mengakhiri perang Ukraina/Rusia yang kini memasuki bulan kedua.
Meskipun demikian, mata uang tunggal tersebut tetap melemah dengan data terbaru dari institut GfK yang menunjukkan moral konsumen Jerman tampaknya akan turun menjelang bulan April lantaran perang di Ukraina membebani ekspektasi pendapatan rumah tangga.
Lembaga itu mengatakan indeks sentimen konsumennya turun menjadi -15,5 poin sebelum April dari revisi -8,5 poin sebulan sebelumnya, angka terendah sejak Februari 2021.
"Kami masih melihat sebagian besar risiko penurunan untuk EUR/USD dalam jangka pendek, dengan kemungkinan pergerakan ke 1,0800 pada akhir tahun ini," tambah ING.
GBP/USD naik 0,21% ke 1,3112, menjelang rilis Buletin Kuartalan Bank of England terbaru, dan AUD/USD naik 0,36% ke 0,7514 setelah penjualan ritel Australia mengalahkan perkiraan lagi di bulan Februari, naik 1,8% dari bulan sebelumnya, atau melewati perkiraan kenaikan 1,0%.