Dalam perkembangan terbaru, aktivitas sektor jasa Jepang telah menunjukkan pertumbuhan di bulan Juli, sesuai dengan Indeks Pembelian Manajer (PMI) Jasa Bank Jibun yang terakhir. PMI untuk sektor jasa naik menjadi 53,7, sebuah kenaikan yang signifikan dari pembacaan bulan Juni sebesar 49,4, yang menandai kontraksi pertama dalam 21 bulan. Angka ini menunjukkan kembalinya ekspansi, karena berada di atas ambang batas 50 yang membedakan pertumbuhan dari kontraksi.
Meskipun pergerakan positif ini, PMI sedikit menurun dari estimasi awal 53,9. Data saat ini menunjukkan prospek jangka pendek yang kuat untuk sektor jasa Jepang. Usamah Bhatti, seorang ekonom di S&P Global Market Intelligence, menyoroti bahwa tingkat bisnis yang luar biasa, yang mengindikasikan pekerjaan di masa depan, telah kembali tumbuh.
Prospek masa depan 12 bulan ke depan dari para responden survei tetap kuat, menurut Bhatti. Namun, sektor jasa bukannya tanpa tantangan. Untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir, bisnis ekspor baru untuk perusahaan-perusahaan jasa mengalami kontraksi, yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi global yang lesu. Kontraksi permintaan luar negeri ini sejalan dengan tantangan yang dihadapi oleh sektor manufaktur Jepang, seperti yang telah ditunjukkan oleh survei-survei yang telah dilaporkan sebelumnya.
Sektor jasa juga mengalami kenaikan biaya, seperti yang ditunjukkan oleh data PMI jasa bulan Juli. Harga input telah meningkat selama 44 bulan berturut-turut, dan harga yang dibebankan perusahaan kepada pelanggan telah meningkat pada tingkat yang lebih cepat daripada di bulan Juni. Tren ini semakin didukung oleh data Bank of Japan (BOJ) baru-baru ini, yang mengungkapkan bahwa harga layanan korporat melonjak dengan laju tercepat dalam lebih dari sembilan tahun terakhir.
Ketika mempertimbangkan gambaran ekonomi yang lebih luas, PMI komposit, yang mencakup aktivitas manufaktur dan jasa, juga menunjukkan peningkatan. PMI komposit naik ke angka ekspansif 52,5 di bulan Juli, naik dari 49,7 di bulan sebelumnya. Terlepas dari indikator-indikator positif tersebut, para manajer industri tetap berhati-hati terhadap potensi dampak jangka panjang dari tekanan inflasi yang berkelanjutan terhadap perekonomian.
Menanggapi tren inflasi, BOJ menaikkan suku bunga minggu lalu ke level yang tidak terlihat sejak 2008. Langkah ini merupakan reaksi terhadap kenaikan upah yang meluas dan inflasi harga jasa. Gubernur BOJ Kazuo Ueda tidak mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang karena bank sentral menavigasi iklim ekonomi saat ini.
Reuters berkontribusi pada artikel ini.Artikel ini diterjemahkan dengan bantuan kecerdasan buatan. Untuk informasi lebih lanjut, mohon pelajari Syarat dan Ketentuan kami.