Cryptoharian – Di tengah ketidakpastian geopolitik dan tekanan inflasi yang terus berlanjut, Bitcoin (BTC) dan emas muncul sebagai aset dengan kinerja terbaik untuk tahun 2024. Kedua aset ini semakin dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi, yang membalikkan tren masa lalu di mana Bitcoin selalu unggul dibandingkan aset lainnya sementara emas masih stagnan.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Bitcoin secara konsisten mengungguli, kecuali selama siklus pasar bear yang dalam seperti pada 2022 lalu. Emas, yang disebut sebagai aset ‘stagnan’ oleh para kritikusnya, terutama menarik investor yang dikenal sebagai ‘penggemar emas’.
Namun melansir dari cryptopolitan.com, tahun 2024 menunjukkan pergerakan yang signifikan, dengan kedua aset mengalami peningkatan karena resiko global dan ketidakpastian ekonomi.
Konvergensi ini patut dicatat karena dua aset tersebut secara historis diperdagangkan dalam arah yang berlawanan.
Sejak tahun 2023, Bitcoin dan emas menunjukkan korelasi yang semakin kuat. Keduanya mendapat manfaat dari daya tarik sebagai tempat penyimpanan nilai di tengah kekhwatiran inflasi. Seperti yang disampaikan oleh Charlie Biello dari perusahaan manajemen kekayaan Creative Planning, baru-baru ini menyoroti bahwa Bitcoin dan emas menduduki dua peringkat teratas dalam kinerja aset, mengungguli kelas aset lainnya.
“Riset saya terkait tren inflasi dan biaya hidup, menunjukkan bahwa kedua aset tersebut merupakan investasi yang dapat diandalkan selama masa tekanan ekonomi,” ungkap Biello.
Untuk pertama kalinya sejak riset kelas aset ini dilakukan, Bitcoin dan emas memberikan keuntungan yang sebanding. Hasil riset tersebut mencerminkan tren serupa yang terlihat pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 mendorong permintaan untuk kedua aset tersebut. Pada tahun itu, Bitcoin melonjak 302 persen, sementara emas juga meningkat 24 persen.
Meskipun data terbaru menunjukkan perlambatan inflasi biaya hidup Bitcoin dan emas masih menjadi ketertarikan tersendiri bagi para investor. Pertumbuhan upah meskipun ada beberapa peningkatan pun tampak masih tertinggal. Investor terus mencari aset yang mengungguli pasar tradisional, terutama di tengah meningkatnya biaya perumahan.
Emas Tunjukkan Kilauan Pasca Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed
Potensi pertumbuhan dari aset emas semakin didorong oleh pemangkasan suku bunga terbaru oleh The Fed. Pada hari Rabu (18/9/2024), The Fed mengeluarkan keputusan dimana ternyata suku bunga kali ini dipangkas sebesar 50 basis poin (bsp).
Hal ini pun menandai pemangkasan suku bunga pertama sejak tahun 2020 lalu, pasca kenaikan suku bunga sejak tahun 2022 hingga 2024.
Jika dilihat dari segi data historis, emas berkinerja baik setelah adanya pemotongan suku bunga. Skenario tahun ini pun kemungkinan tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Setelah pengumuman The Fed, emas sempat menyentuh harga US$ 2.600 per ons Troy. Tren bullish ini diperkirakan bakal berlanjut, terutama dengan prediksi adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut pada tahun 2026.
Bitcoin Hadapi Tekanan Pasar Meski Jangka Panjangnya Bullish
Sementara emas melonjak pasca pemotongan suku bunga, Bitcoin justru mengalami penurunan singkat ke angka US$ 59.745. Para pengamat mengaitkan penurunan ini dengan aksi ambil untung dan tekanan penjualan, yang mendorong harga Bitcoin ke bawah angka support penting US$ 60.000. Akan tetapi, penurunan ini dinilai sebagai hal yang wajar, yang merupakan reaksi jangka pendek. Kalangan trader pun tak luput untuk mengantisipasi kenaikan tajam dalam beberapa bulan mendatang.
Sekali lagi jika dilihat dalam data historis, Bitcoin pada umumny memulai reli sekitar 170 hari pasca halving. Dari pergerakan sideways sejak April 2024 lalu, banyak dari kalangan analis memperkirakan pasar bull yang lebih aktif. Pasar bull diprediksi akan mulai ‘ganas’ saat memasuki Oktober 2024 mendatang.
Kendati telah terjadi penurunan harga sementara, dominasi Bitcoin di pasar kripto masih saja kuat. Sebagai informasi, kripto utama ini sekarang menyumbang 57,2 persen dari total kapitalisasi pasar kripto.