
Silakan coba pencarian lain
Oleh Ambar Warrick
Investing.com - Harga minyak naik pada hari Rabu, memulihkan sejumlah penurunan besar dari sesi sebelumnya, meskipun kekhawatiran resesi global dan tanda-tanda kenaikan besar cadangan AS lainnya membuat kenaikan terbatas.
Harga minyak telah jatuh ke dalam pola bertahan selama sebulan terakhir, dengan pasar terus menimbang prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi global terhadap tanda-tanda peningkatan permintaan China tahun ini.
Kendati negara importir minyak terbesar di dunia melonggarkan langkah-langkah anti-COVID awal bulan ini, serangkaian indikator ekonomi yang melemah di pasar minyak utama lainnya, terutama AS dan Eropa, telah memudarkan optimisme atas pasar minyak mentah.
Harga minyak Brent naik 0,4% di $86,68 per barel, dan harga minyak WTI naik 0,5% di $80,53 per barel pukul 09.22 WIB. Kedua kontrak tersebut anjlok hampir 2% pada hari Selasa.
Anjloknya minyak dipicu oleh data aktivitas manufaktur yang menunjukkan produksi minyak AS menyusut di bulan Januari selama tujuh bulan berturut-turut, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan melambatnya aktivitas di negara konsumen minyak terbesar di dunia tersebut.
Data dari American Petroleum Institute juga menyiratkan peningkatan pasokan minyak AS sebanyak 3,4 juta barel yang lebih besar dari perkiraan pada minggu hingga 20 Januari. Data ini biasanya menandai tren yang sama untuk data pemerintah, yang akan dirilis pada hari ini. Para analis memperkirakan kenaikan 0,9 juta barel dalam cadangan minyak AS, yang telah tumbuh lebih besar dari perkiraan selama empat minggu terakhir.
Meningkatnya cadangan AS mengindikasikan bahwa pasar diperkirakan akan tetap dibanjiri pasokan dalam waktu dekat, yang berdampak negatif pada harga minyak. Tetapi penurunan cadangan sulingan yang berkelanjutan telah menunjukkan bahwa beberapa aspek permintaan minyak di negara ini tetap kuat.
Fokus saat ini tertuju data PDB AS kuartal IV yang akan dirilis pada hari Kamis, yang diharapkan dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai arah perekonomian terbesar di dunia ini.
Pasar juga semakin tidak pasti soal waktu pemulihan ekonomi China tahun ini. Kendati negara ini mengurangi sebagian besar pembatasan anti-COVID, negara ini juga tengah menghadapi penyebaran wabah COVID-19 terburuknya, yang berpotensi menunda pemulihan ekonomi.
Laporan minggu ini juga menyiratkan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak tidak mempertimbangkan pemotongan pasokan dalam pertemuan berikutnya, yang diperkirakan akan membuat pasar global dipenuhi minyak mentah dalam waktu dekat. Bank investasi JPMorgan (NYSE:JPM) mengatakan dalam sebuah catatan baru ini bahwa pasokan minyak mentah kemungkinan akan melampaui permintaan pada tahun 2023, yang akan membatasi kenaikan harga.
Komoditas malam, nikel naik 0,9% pukul 19.16 WIB, timah naik 1,55% di ICE London pada penutupan Selasa, dan tembaga turun 0,29%. Sementara, karet turun 0,57% pada Jumat di Singapura, batubara Newcastle ICE London di 370,00 hingga Jumat, kakao AS naik 1%. Kopi robusta di London jatuh 3% dan gas alam jatuh 2,22% pukul 19.21 WIB.
Anda yakin ingin memblokir %USER_NAME%?
Jika ya, Anda dan %USER_NAME% tidak akan dapat melihat posting satu sama lain di Investing.com.
%USER_NAME% berhasil dimasukkan ke Daftar Blokir Anda
Karena Anda baru saja membatalkan blokir pengguna ini, Anda harus menunggu 48 jam sebelum kembali memblokir.
Menurut saya, komentar ini:
Terima Kasih!
Laporan Anda telah terkirim untuk ditinjau oleh moderator kami
Tambahkan Komentar
Kami mendorong Anda untuk menggunakan fitur komentar guna berinteraksi dengan pengguna lain, berbagi perspektif, dan saling bertanya antara penulis dan yang lainnya. Namun demikian, mohon perhatikan beberapa kriteria berikut demi menjaga interaksi berkualitas tinggi yang kita hargai dan harapkan:
Pelaku spam atau pelanggaran akan dikeluarkan dari situs dan dilarang melakukan registrasi kembali atas kebijaksanaan Investing.com sendiri.