Investing.com - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada hari Kamis (01/02) tatkala kekhawatiran atas pasokan Timur Tengah berlanjut di tengah meningkatnya aksi militer di Laut Merah, sementara antisipasi pertemuan OPEC+ juga membuat traders berhati-hati.
Pasar juga mencerna potensi kenaikan suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, setelah Federal Reserve mematahkan ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Maret.
AS menargetkan beberapa pesawat tak berawak di Yaman Barat yang sedang dipersiapkan untuk diluncurkan, bunyi laporan media, dan langkah tersebut dilakukan hanya sehari setelah terjadi serangan pesawat tak berawak yang mematikan terhadap pangkalan AS di Yordania.
Serangan ini isyarat sedikit de-eskalasi dalam konflik Timur Tengah, yang telah mengganggu rute-rute pengiriman melalui Laut Merah dan menimbulkan kekhawatiran akan tertundanya pengiriman minyak di Eropa dan Asia.
Kekhawatiran akan gangguan pasokan merupakan titik kunci dukungan untuk harga minyak di bulan Januari, membantunya mematahkan pelemahan selama tiga bulan berturut-turut.
Minyak Brent yang akan berakhir April naik 0,6% ke $81,03 per barel, sementara minyak WTI naik 0,6% di $76,18 per barel pukul 08.34 WIB.
Keduanya naik antara 4% dan 5% di bulan Januari.
Ketidakpastian pemangkasan suku bunga dan pelemahan China bebani minyak mentah
Setiap rebound besar dalam harga minyak tertahan oleh kuatnya dolar, setelah Fed mengatakan tidak terburu-buru untuk mulai memangkas suku bunga.
Sementara Ketua Fed Jerome Powell menyiratkan ketahanan ekonomi AS yang gigih, prospek suku bunga yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama masih menjadi pertanda buruk bagi permintaan di negara konsumen bahan bakar terbesar di dunia itu.
Dolar rebound setelah komentar Powell, ini menekan harga minyak.
Sinyal ekonomi yang lemah dari China juga menambah kekhawatiran akan melambatnya permintaan di negara importir minyak terbesar di dunia tersebut.
Data indeks manajer pembelian resmi untuk bulan Januari menunjukkan aktivitas manufaktur tetap mengalami kontraksi, yang jadi indikasi sedikit perbaikan dalam pemulihan ekonomi yang lamban.
Dari sisi suplai, data yang menunjukkan peningkatan yang tidak terduga di AS persediaan minyak juga mengindikasikan bahwa produksi AS mulai pulih dari cuaca dingin di awal bulan Januari, yang telah mengganggu produksi di beberapa bagian negara tersebut. Produksi minyak domestik AS juga terlihat naik kembali ke level rekor di minggu sebelumnya.
Pertemuan OPEC+ siap digelar, tidak ada perubahan yang diharapkan
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) akan mengadakan pertemuan Komite Pemantauan Menteri Gabungan pada hari ini, yang merupakan pertemuan besar pertama di tahun 2024.
Namun Reuters melaporkan bahwa pertemuan tersebut kemungkinan tidak akan menghasilkan perubahan apa pun pada produksi.
Pemangkasan produksi yang mengecewakan dari OPEC+ pada akhir tahun 2023 menjadi poin utama perdebatan untuk harga minyak, pasalnya langkah tersebut indikasi pasar yang tidak terlalu ketat pada tahun 2024 daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Grup ini juga tampaknya memiliki ruang gerak yang terbatas untuk memangkas produksi lebih lanjut dan mendukung harga minyak.