Emas Tiga Minggu Merugi, Analis: Tren Naik Goyah, namun Tidak Sepenuhnya Batal

© Reuters.

Investing.com - Bull emas masih mengandalkan pencapaian rekor tertinggi lainnya jika metafora "Penakut" akan selamatkan dunia - atau lebih tepatnya, ekonomi AS, dari gagal bayar utang pemerintah atau resesi - tidak menjadi kenyataan. Namun, tren yang paling tampak untuk logam kuning selama tiga minggu terakhir adalah turun.

Emas penyerahan Juni di Comex New York ditutup pada sesi Jumat di level $1.944,30/oz, naik tipis hanya 60 sen, atau sebesar 0,03%. Kontrak emas berjangka acuan turun ke level terendah sembilan minggu di $1.936,90 di awal sesi, setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa di $2.085,40 pada 4 Mei. Untuk minggu ini, emas Juni jatuh 2% setelah turun 2% pada minggu sebelumnya dan 0,25% pada minggu sebelumnya lagi.

Harga emas spot, yang mencerminkan perdagangan fisik emas dan lebih banyak diikuti daripada kontrak berjangka oleh beberapa trader, mencapai $1.945,04 01.00 WIB pada Sabtu dini hari, atau naik $4,19, atau 0,2%. Emas spot turun ke titik terendah tiga minggu di $1.936,85 selama sesi tersebut, setelah mencapai rekor tertinggi $2.073,29 awal bulan ini, menurut data Investing.com. Untuk minggu ini, emas spot turun 1,7%, setelah jatuh 1,7% pada minggu sebelumnya dan 0,3% pada minggu sebelumnya lagi.

"Tren jangka pendek telah berubah menjadi bearish dan kecuali kita melihat tanda-tanda rebound, yang membutuhkan penembusan yang kuat di atas level Fibonacci 38,2% di $1.975 pada penutupan mingguan, pelemahan lain ke level Fibonacci 61,8% di $1.910 hampir tidak dapat dikesampingkan," Sunil Kumar Dixit, kepala ahli strategi teknikal di SKCharting.com menyampaikan.

"Namun ada kemungkinan buyer emas muncul kembali saat uji $1.926 dan $1.910 jika emas turun ke zona ini," tambah Dixit.

Craig Erlam, analis di platform trading online OANDA, juga berpendapat bahwa kenaikan emas tidak sepenuhnya rusak.

"Pekan yang berat bagi emas berakhir kala beberapa investor mencari perlindungan jika pembicaraan pagu utang menemui jalan buntu pada jam ke-11," kata Erlam. "Ini adalah waktu yang genting bagi [Washington] DC dan kemungkinan skenario TARP [dari tahun 2008] dapat terjadi ketika Kongres pada awalnya gagal meloloskan program bailout bank, itulah sebabnya mengapa beberapa trader berlari ke emas menjelang akhir pekan yang panjang. Jika bukan karena putaran data [inflasi] hawkish lainnya, emas akan mengakhiri minggu ini dengan catatan yang lebih kuat."

Presiden Joe Biden pada hari Kamis menyatakan bahwa Amerika Serikat akan menghindari bencana gagal bayar utang bahkan ketika para anggota parlemen melakukan rehat selama 10 hari tanpa kesepakatan untuk menaikkan batas pinjaman negara agar dapat terus membayar tagihan. Ada tujuh hari hingga 1 Juni - titik paling awal ketika pemerintah memperkirakan akan kehabisan uang untuk membayar utang-utangnya - dan gagal membayar utang kemungkinan akan memicu resesi, mengguncang pasar-pasar dunia. Namun para anggota Dewan Perwakilan Rakyat mulai reses di Memorial Day setelah pemungutan suara terakhir mereka pada Kamis pagi setempat dan tidak akan kembali hingga 4 Juni.

"Emas berada di zona bahaya karena optimisme tetap ada bahwa kebuntuan plafon utang akan diselesaikan dan ketahanan ekonomi AS akan memaksa Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama," sebut Erlam. "Emas bisa mendapatkan keuntungan jika inflasi tidak terbukti terlalu tinggi dan pasar tenaga kerja mulai melunak. Minggu depan akan memberikan kejelasan tentang apa yang terjadi dengan pengawasan default AS dan apakah ekonomi AS tetap terlalu kuat dan menjamin pengetatan Fed lebih lanjut."

Emas tertekan pada hari Jumat setelah pengukur favorit Federal Reserve untuk inflasi AS tercatat lebih tinggi dari perkiraan untuk bulan April, menyiratkan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lagi pada bulan Juni dan Juli terhadap ekspektasi untuk jeda kebijakan.

Semua metrik utama dalam apa yang disebut Personal Consumption Expenditures, atau PCE, Indeks naik untuk bulan lalu dibandingkan dengan tingkat perkiraan tatkala The Fed dengan cermat mencari indikator yang akan memaksa penahanan kebijakan moneter yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama yang telah mengalami 10 kali kenaikan suku bunga selama 15 bulan.

Untuk tahun ini hingga April, Indeks PCE meningkat sebesar 4,4% dibandingkan dengan perkiraan sebesar 3,9% dan pertumbuhan sebelumnya sebesar 4,2%. Untuk bulan April sendiri, indeks ini naik 0,4%, seperti yang diharapkan dan dibandingkan dengan ekspansi sebelumnya sebesar 0,1%.

PCE "Inti", yang mengesampingkan harga makanan dan energi yang bergejolak, naik 4,7% yoy dibandingkan proyeksi dan tingkat sebelumnya sebesar 4,6%. Pada tingkat bulanan, naik 0,4% dibandingkan dengan perkiraan dan tingkat sebelumnya sebesar 0,3%.

"Inflasi merupakan masalah dan konsumen tetap panas," ekonom Adam Button di forum ForexLive menyatakan. "The Fed akan menaikkan suku bunga lagi dan saat ini kemungkinannya adalah 58-42% untuk bulan Juni dan Juli adalah 100% dengan sedikit kemungkinan kenaikan lagi. Pada titik tertentu The Fed harus berhenti sejenak dan mengevaluasi, namun kita melihat angka-angka yang sangat tinggi saat ini dan tidak cukup untuk membawa inflasi ke level 3%. Setidaknya, the Fed perlu mulai melihat beberapa angka bulanan di +0,3% atau lebih rendah."