Harga emas melonjak mencapai $2.612 dan terus bergerak di atas level $2.600 per ounce pada hari Jumat 17.00 WIB. Tren naik ini masih didorong oleh kebijakan moneter global yang cenderung melonggar serta meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Pasar terus menilai dampak dari keputusan kebijakan moneter oleh The Fed yang mendukung aset safe-haven seperti emas.
Meskipun demikian, Federal Reserve memberikan pandangan positif mengenai pertumbuhan ekonomi AS, yang diproyeksikan akan tetap stabil pada angka sekitar 2.0% per tahun hingga akhir 2027. Hal ini menunjukkan profil "soft landing" untuk ekonomi, yang umumnya positif untuk sentimen pasar tetapi mungkin negatif untuk safe-haven seperti emas. Akibatnya, harga emas sempat turun setelah mencapai puncaknya.
Dukungan dari Kebijakan Moneter Global
Kenaikan harga emas terutama dipicu oleh keputusan Federal Reserve (Fed) untuk memotong suku bunga sebesar 50 basis poin pada hari Rabu, yang merupakan pemotongan pertama sejak awal 2020. Pejabat Fed juga memperkirakan bahwa suku bunga acuan akan turun lagi sebesar 0,5% sebelum akhir tahun.
Seiring dengan Fed, berbagai bank sentral di seluruh dunia tampaknya mengikuti jejak pemotongan suku bunga. Bank Sentral Afrika Selatan (SARB) memotong suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin pada hari Kamis, sementara Bank Sentral Filipina memotong suku bunga sebesar 250 basis poin menjadi 7,0% pada pertemuan hari Jumat. Reserve Bank of India (RBI) juga diperkirakan akan memotong suku bunga dalam pertemuan mereka berikutnya.
Meskipun ada ekspektasi untuk penurunan suku bunga lebih lanjut, beberapa bank sentral memilih untuk mempertahankan kebijakan mereka. People's Bank of China (PBoC) mempertahankan suku bunga acuan di bulan September, meskipun suku bunga prime satu dan lima tahun berada pada titik terendah sepanjang masa setelah pemotongan mengejutkan pada bulan Juli. Bank of Japan (BoJ) juga mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada pertemuan hari Jumat, meskipun ada spekulasi kenaikan suku bunga.
Dampak Geopolitik
Status safe-haven emas semakin diperkuat oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Langkah Israel untuk menggunakan perangkat peledak dan walkie talkie untuk melumpuhkan agen Hizbullah di Lebanon telah meningkatkan risiko eskalasi konflik lebih lanjut, yang mendukung permintaan safe-haven untuk emas.