Dengan latar belakang infeksi global yang memburuk dari varian COVID-19, minyak tampaknya memiliki satu hal yang dapat diandalkan: cerita AS yang optimis.
Harga minyak mentah dimulai pada posisi yang lemah di Asia pada hari Senin di tengah kekhawatiran bahwa lonjakan beban kasus infeksi virus korona di India dan negara lain akan mengarah pada langkah-langkah mitigasi yang lebih kuat dan memukul aktivitas ekonomi.
Namun, minyak mungkin melihat lebih banyak volatilitas daripada penurunan harga yang berkelanjutan, terutama jika ada pengulangan pendorong momentum seperti yang terjadi pekan lalu.
Harga minyak melonjak lebih dari 6% minggu lalu, ketika Eropa dan India terkena dampak virus korona varian baru dan otoritas kesehatan AS menangguhkan penggunaan vaksin COVID-19 yang sarat krisis dari Johnson & Johnson (NYSE:JNJ). Alasan: Penurunan harga minyak mentah AS yang terjadi di atas ekspektasi, disertai dengan data ekonomi AS yang menurun.
Stok minyak mentah AS turun 5,899 juta barel pada pekan yang berakhir 9 April, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penarikan 2,889 juta barel, Administrasi Informasi Energi AS mengatakan.
Data EIA menunjukkan, persediaan distilasi, yang mencakup solar dan minyak pemanas, turun 2,083 juta barel dalam sepekan terhadap ekspektasi untuk peningkatan 971.000 barel.
Dan sementara persediaan bensin naik, kenaikan 309.000 barel berada jauh di bawah penarikan yang diharapkan sebesar 786.000 barel.
Rentetan data ekonomi AS pekan lalu juga melebihi perkiraan, memicu harapan untuk pemulihan yang lebih cepat dari perkiraan dari kerusakan pandemi.
Departemen Perdagangan mengatakan penjualan ritel AS melonjak 9,8% pada Maret, di atas perkiraan pertumbuhan 5,8%, karena konsumen menghabiskan pemberian stimulus yang dikirim bulan lalu oleh pemerintahan Biden sebagai bantuan untuk pandemi.
Departemen Tenaga Kerja, sementara itu, mengumumkan penurunan mengejutkan sebesar 25% dalam pengajuan tunjangan pengangguran mingguan, yang menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja mungkin juga akan berbalik arah.
Perhatian Tertuju Kembali Ke Ekonomi AS Minggu Ini, Data EIA
Minggu ini, National Association of Realtors akan merilis data penjualan rumah lama untuk Maret pada 10.00 ET. Perkiraan konsensu adalah laporan tersebut akan menunjukkan penjualan rumah lama yang naik 0,9% menjadi 6,18 juta, mengikuti penurunan 6,6% pada Februari.
Pada hari Jumat, Departemen Perdagangan akan mempublikasikan laporan penjualan rumah baru. Data tersebut — yang akan jatuh tempo pada pukul 10:00 AM ET — diperkirakan akan menunjukkan peningkatan 12,0% di bulan Maret menjadi 885.000, menyusul penurunan tajam sebesar 18,2% di bulan sebelumnya.
Flash komposit IHS Markit US Purchasing Managers Index (PMI) untuk bulan April juga akan dirilis pada pukul 9:45 AM ET hari Jumat, di tengah ekspektasi untuk kenaikan menjadi 59,9 dari pembacaan 59,7 pada bulan Maret. Indeks, yang mengukur output gabungan dari sektor manufaktur dan jasa, dipandang sebagai panduan yang baik untuk kesehatan ekonomi secara keseluruhan.
Selain itu, data klaim pengangguran awal minggu ini dapat memperpanjang level terendah pra-pandemi yang terlihat pada minggu sebelumnya.
John Kilduff, mitra pendiri di hedge fund energi New York, Again Capital, mengatakan ada dua sisi dalam cerita minyak, dimana pihak AS lebih memilih bulls.
Kilduff mengatakan:
“Akan ada ekspektasi tinggi bahwa EIA akan melaporkan penarikan minyak mentah yang sangat besar lagi pekan ini. Jika angka ekonomi AS baik lagi, maka kita bisa mengharapkan harga minyak mentah naik dibanding pekan lalu. Jika tidak, akan ada koreksi atau volatilitas."
West Texas Intermediate yang diperdagangkan di New York, yang merupakan patokan untuk minyak mentah AS, turun tipis dalam perdagangan Senin, menurun 5 sen, atau 0,1%, menjadi 63,14 per barel pada pukul 1:40 AM ET (5:40 GMT). Pekan lalu, WTI naik 6,4% untuk kenaikan terbesar sejak pekan yang berakhir 26 Februari.
Brent yang diperdagangkan di London, yang merupakan patokan global untuk minyak mentah, turun 7 sen, atau 0,1% menjadi $66,70. Brent naik 6,7% pekan lalu, tertinggi sejak pekan yang berakhir 29 Januari.
Dibandingkan dengan AS, Pemulihan COVID Di India, Brasil, dan di Dunia Semakin Parah
Riset ANZ mengaitkan awal yang lesu pada pergerakan harga minyak pekan ini disebabkan oleh angka COVID yang meningkat kembali, yang telah membalikkan pemulihan di negara-negara berkembang seperti India dan Brasil.
India melaporkan rekor peningkatan infeksi virus korona 273.810 pada hari Senin, meningkatkan kasus secara keseluruhan menjadi lebih dari 15 juta, menjadikan negara itu terburuk kedua setelah Amerika Serikat, yang telah melaporkan lebih dari 31 juta infeksi. Kematian akibat COVID-19 di India naik dengan rekor 1.619 menjadi hampir 180.000.
Sementara itu, Hong Kong akan menangguhkan penerbangan dari India, Pakistan, dan Filipina mulai 20 April karena infeksi virus corona yang diimpor, kata pihak berwenang dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam.
Perusahaan-perusahaan Jepang percaya bahwa negeri dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu akan mengalami putaran keempat infeksi virus korona, dimana telah banyak rakyatnya yang bersiap untuk pukulan lebih lanjut terhadap bisnis, sebuah jajak pendapat bulanan Reuters menunjukkan. Jepang memiliki kasus COVID-19 yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan banyak negara besar lainnya, tetapi kekhawatiran tentang gelombang baru infeksi meningkat dengan cepat, menurut tanggapan mereka dalam jajak pendapat.
Peluncuran vaksinasi yang lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara Kelompok Tujuh lainnya dan kurangnya rasa krisis di antara masyarakat akan memicu gelombang infeksi baru, tulis beberapa perusahaan dalam jajak pendapat tersebut.
Di Amerika Serikat, perusahaan energi menambahkan tujuh rig minyak pekan lalu karena harga minyak yang lebih tinggi mendorong pengebor untuk kembali ke sumur.
Gold Long Eye Kembali ke Harga $1.800
Di sisi logam mulia, gold bulls kemungkinan akan menghadapi bencana apakah pasar akan mencapai $1.800 per ounce pekan ini dan terus meningkat. Emas berjangka di COMEX dan harga spot bullion keduanya mencapai tertinggi 7 minggu di atas $1.780 pada hari Jumat.
Sementara long position di emas membawa harga kembali menuju ke $1.800, mereka mungkin sadar bahwa ini bukan upaya pertama mereka sejak kehilangan ambang harga pada pertengahan Februari. Beberapa upaya yang gagal untuk meningkatkan harga menunjukkan potensi volatilitas yang dapat mempersulit kemajuan dan ketahanan emas yang stabil, bahkan jika harganya mencapai $1.800.
Sunil Kumar Dixit di SK Dixit Charting di Kolkata, India mengatakan:
"Penutupan bullish pada grafik mingguan menegaskan kesediaan emas untuk melanjutkan pergerakannya hingga $1.800- $1.805 dan bahkan lebih sampai ke $1.830."
"Meskipun begitu, volatilitas pada level tertinggi tersebut dapat memicu koreksi yang mendorong emas turun dan membentuk support di area $1.755- $1.730, dan sekali lagi membawa pembeli mencari value."
Disclaimer: Barani Krishnan menggunakan berbagai pandangan dari luar untuk membawa keragaman dalam analisisnya tentang pasar. Untuk netralitas, ia terkadang menghadirkan pandangan berlawanan dan variabel pasar. Dia tidak memegang posisi pada komoditas dan sekuritas yang dia tulis.