
Silakan coba pencarian lain
Kekhawatiran atas inflasi yang melonjak, pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan kenaikan suku bunga telah menjadi pendorong utama sentimen pasar dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam artikel ini, kami menyoroti tiga perusahaan yang relatif aman di tengah ancaman stagflasi yang menjulang, berkat fundamental mereka yang kuat, valuasi yang wajar, dan pembayaran dividen yang terus meningkat.
Mempertimbangkan hal itu, Kellogg, Duke Energy, dan Dollar General dapat menjadi pilihan terbaik.
Anda dapat mencoba InvestingPro+, yang menyediakan alat, data, dan konten yang dapat membantu Anda membuat keputusan investasi yang lebih baik.
Saham-saham di Wall Street telah mengalami salah satu awal terburuk dalam sejarah mereka di tahun ini karena meningkatnya risiko stagflasi. Risiko stagflasi adalah inflasi tinggi yang terus-menerus ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang stagnan.
Dow Jones Industrial Average turun 11,4% year-to-date, sedangkan indeks tolok ukur S&P 500 dan NASDAQ Composite turun masing-masing sebesar 16% dan 24,4%.
Saat Wall Street melanjutkan pergerakannya yang naik turun, tiga saham di bawah ini berada pada posisi yang baik untuk mengatasi gejolak pasar yang sedang berlangsung karena investor bergegas untuk melindungi diri mereka dari prospek melemahnya ekonomi.
1. Kellogg
Rasio P/E: 16.6
Kapitalisasi Pasar: $24.6 Miliar
Kinerja Year-To-Date: +13.2%
The Kellogg Company (NYSE:K) adalah salah satu perusahaan manufaktur makanan terbesar di dunia, terkenal karena memproduksi sereal dan makanan ringan, seperti keripik kentang, kerupuk, dan kue kering.
Beberapa mereknya yang paling dikenal termasuk Corn Flakes, Froot Loops, Rice Krispies, Frosted Flakes, Pringles, Cheez-It, dan Eggo waffle.
Sementara penurunan tajam telah menghantam perusahaan teknologi dengan pertumbuhan tinggi yang tidak menguntungkan sejak awal tahun, area defensif dari sektor kebutuhan pokok konsumen mengalami keuntungan yang mengesankan, karena banyak investor yang berinvestasi pada saham yang cenderung berkinerja baik dalam situasi stagflasi.
Dengan rasio P/E 16,6, Kellogg—yang sahamnya naik sekitar 13% year-to-date—hadir dengan diskon yang ekstrem jika dibandingkan dengan rekan-rekannya yang terkenal, seperti Kraft Heinz (NASDAQ:KHC), General Mills (NYSE:GIS), dan Hormel Foods (NYSE:HRL).
Produsen makanan kemasan juga merupakan saham dividen yang berkualitas. K saat ini menawarkan pembayaran triwulanan sebesar $0,58 per saham, yang menyiratkan dividen tahunan sebesar $2,32 dengan imbal hasil 3,11%, salah satu yang tertinggi di sektor ini.
Saham K naik menjadi $75,52 pada hari Selasa, level terbaik mereka sejak Februari 2017, sebelum mengakhiri sesi di $72,93, penilaian perusahaan yang berbasis di Battle Creek, Michigan ini sebesar $24,6 miliar.
Sebagai tanda seberapa baik kinerja bisnisnya saat ini, Kellogg melaporkan laba dan penjualan kuartal pertama yang melampaui ekspektasi konsensus pada 6 Mei, berkat permintaan yang kuat untuk berbagai macam makanan ringan.
Kellogg juga meningkatkan prospek penjualan organik setahun penuh untuk tahun 2022 dan mengatakan berencana untuk mempercepat laju kenaikan harga di tengah melonjaknya biaya dan kekurangan pasokan.
Tidak mengherankan, K bisa melihat peningkatan sekitar 16,5% dalam 12 bulan ke depan, menurut model InvestingPro, membawanya lebih dekat ke nilai wajarnya sebesar $84,95 per saham.
Sumber: InvestingPro
2. Duke Energy
Rasio P/E: 22.4
Kapitalisasi Pasar: $83.8 Miliar
Kinerja Year-To-Date: +3.8%
Ketika investor resah dengan cepatnya kenaikan inflasi, lambatnya pertumbuhan ekonomi, dan kenaikan suku bunga, Duke Energy (NYSE:DUK), salah satu utilitas listrik dan gas alam terbesar di AS, memiliki potensi untuk memberikan keuntungan yang kuat di bulan-bulan mendatang.
Saham perusahaan defensif yang produk dan layanannya penting bagi kehidupan masyarakat sehari-hari, seperti penyedia utilitas, cenderung unggul di saat pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah dan inflasi yang melonjak.
Selain itu, Duke saat ini menawarkan dividen triwulanan yang relatif tinggi sebesar $0.9850 per saham. Ini mewakili dividen tahunan sebesar $3,94 dan imbal hasil 3,56%, menjadikannya investasi yang sangat menarik saat ini.
Sebagai perbandingan, imbal hasil pada tolok ukur Treasury 10 tahun AS berada di sekitar 3%, sedangkan imbal hasil tersirat untuk S&P 500 saat ini berada di 1,55%.
DUK mengakhiri sesi Selasa di $108,91, mendekati tertinggi sepanjang masa baru-baru ini di $116,33 yang dicapai pada 21 April. Saat ini, perusahaan yang berbasis di Charlotte, Carolina Utara—yang naik sekitar 4% year-to-date—memiliki kapitalisasi pasar sebesar $83,8 miliar.
Duke Energy melaporkan laba penyesuaian kuartal pertama sebesar $1,30 per saham pada 9 Mei, sedikit di bawah perkiraan konsensus sebesar $1,34.
Pendapatan naik sekitar 16% year-over-year menjadi $7,1 miliar, berkat penjualan yang kuat dari segmen gas dan listrik serta bisnis energi terbarukan. Analis memperkirakan penjualan Kuartal I sebesar $5,7 miliar.
Penyedia utilitas ini juga telah menegaskan kembali kisaran panduan pendapatan yang disesuaikan setahun penuh dari $5,30 hingga $ 5,60 per saham, serta tingkat pertumbuhan pendapatan per saham jangka panjang antara 5% hingga 7% hingga 2026.
Pada titik harga di bawah $110, DUK hadir dengan diskon yang moderat menurut analis yang disurvei oleh Investing.com, yang menunjukkan kenaikan lebih dari 6% dalam saham Duke dari level saat ini hingga 12 bulan ke depan.
Sumber: Investing.com
3. Dollar General
Rasio P/E: 22.7
Kapitalisasi Pasar: $52.04 Miliar
Kinerja Year-To-Date: -3.5%
Ketika kekhawatiran mulai meningkat bahwa ekonomi AS akan mencapai masa sulit di bulan-bulan mendatang, Dollar General (NYSE:DG), yang mengoperasikan lebih dari 18.000 toko di 44 negara bagian, muncul sebagai pilihan saham nilai yang sangat baik bagi investor yang ingin melakukan lindung nilai dalam menghadapi volatilitas lebih lanjut.
Perusahaan ritel diskon terbesar di AS sebagian besar menjual bahan makanan, perlengkapan rumah tangga, dan produk perawatan pribadi dengan harga terendah. Perusahaan ini telah secara terbuka menggambarkan pelanggan inti mereka sebagai rumah tangga yang berpenghasilan kurang dari $35.000, menggarisbawahi status perusahaan sebagai perusahaan yang tahan resesi.
Saham DG, yang turun 3,5% year-to-date, naik ke level tertinggi sepanjang masa di $262,20 pada 21 April. Pada penutupan sesi tadi malam, DG mencapai $227,50, memberikan pengecer diskon yang berbasis di Goodlettsville, Tennessee ini, kapitalisasi pasar sebesar $52,04 miliar.
Upaya berkelanjutan Dollar General untuk mengembalikan lebih banyak uang kepada pemegang saham dalam bentuk pembayaran dividen yang lebih tinggi dan pembelian kembali saham menjadikannya kandidat yang lebih mungkin untuk unggul di bulan-bulan mendatang.
Perusahaan baru-baru ini meningkatkan dividen tunai triwulanan sebesar 31% menjadi $0,55 per saham. Peningkatan ini mewakili dividen tahunan sebesar $2,20 dan imbal hasil sekitar 1%.
Memang, saham DG saat ini undervalue menurut model InvestingPro dan bisa mengalami kenaikan sebesar 9,5% dalam 12 bulan ke depan dengan nilai wajarnya $249,16.
Sumber: InvestingPro
Dollar General, yang melaporkan laba dan pendapatan yang beragam pada kuartal sebelumnya, tetapi memperkirakan penjualan setahun penuh yang lebih baik dari perkiraan, selanjutnya akan melaporkan hasil keuangan menjelang bel pembukaan pada hari Kamis, 26 Mei. Konsensus memperkirakan laba per saham kuartal pertama sebesar $2,35 dengan pendapatan sebesar $8,7 miliar.
Mungkin yang lebih penting adalah, prospek Dollar General untuk sisa tahun 2022 akan menjadi fokus karena berkaitan dengan dampak berkelanjutan dari kenaikan inflasi yang semakin cepat, masalah rantai pasokan yang masih ada, kenaikan biaya bahan baku, kekurangan tenaga kerja, serta potensi perubahan perilaku konsumen.
Membuat keputusan yang tepat pada pasar saat ini memang lebih sulit dari sebelumnya. Yang disebabkan oleh tantangan-tantangan ini:
Inflasi
Gejolak geopolitik
Gangguan teknologi
Kenaikan suku bunga
Untuk menanganinya, Anda memerlukan data yang baik, alat yang efektif untuk memilah-milah data, dan wawasan agar dapat mengerti arti dari semuanya itu. Anda perlu menghilangkan emosi dan fokus pada investasi dan fundamental.
Untuk melakukan semuanya itu, Anda peru InvestingPro+, yang menyediakan semua data dan alat profesional yang Anda butuhkan untuk membuat keputusan investasi yang lebih baik. Untuk mengetahui lebih lanjut
IHSG ditutup menguat sebesar 73,36 poin (+1.07%) menuju 6914,14 pada perdagangan hari Selasa 24 Mei 2022. Sebanyak 272 saham menguat, 261 saham menurun, dan 162 saham tidak...
Saham MEDC menguji area resistance level 575. Apabila mampu dilewati, maka MEDC akan mengakhiri konsolidasinya dan mulai bergerak uptrend. Indikator teknikal MACD bergerak naik...
Penurunan JPFA saat ini tertahan area support kuatnya (box merah) di 1330 dan saat ini juga sedang menguji area resisten 1415. Jika area resisten ini mampu dilewati dan bertahan...
Anda yakin ingin memblokir %USER_NAME%?
Jika ya, Anda dan %USER_NAME% tidak akan dapat melihat posting satu sama lain di Investing.com.
%USER_NAME% berhasil dimasukkan ke Daftar Blokir Anda
Karena Anda baru saja membatalkan blokir pengguna ini, Anda harus menunggu 48 jam sebelum kembali memblokir.
Menurut saya, komentar ini:
Terima Kasih!
Laporan Anda telah terkirim untuk ditinjau oleh moderator kami
Tambahkan Komentar
Kami mendorong Anda untuk menggunakan fitur komentar guna berinteraksi dengan pengguna lain, berbagi perspektif, dan saling bertanya antara penulis dan yang lainnya. Namun demikian, mohon perhatikan beberapa kriteria berikut demi menjaga interaksi berkualitas tinggi yang kita hargai dan harapkan:
Pelaku spam atau pelanggaran akan dikeluarkan dari situs dan dilarang melakukan registrasi kembali atas kebijaksanaan Investing.com sendiri.