- Stagflasi tetap menjadi salah satu risiko utama bagi ekonomi global pada tahun 2023.
- Lintasan pasar saham akan terus ditentukan oleh keresahan atas inflasi yang terus-menerus tinggi dan kekhawatiran akan resesi yang akan datang.
- Oleh karena itu, saya menyoroti sepuluh perusahaan yang relatif aman di tengah ancaman stagflasi yang membayangi berkat fundamental yang kuat, valuasi yang masuk akal, dan pembayaran dividen yang sehat.
- Mencari lebih banyak ide saham terbaik untuk melindungi portofolio Anda di tengah iklim ekonomi yang semakin tidak menentu? Member InvestingPro mendapatkan akses eksklusif ke perangkat riset dan data kami. Pelajari Lebih Lanjut "
- ExxonMobil (NYSE:XOM) (Kenaikan Fair Value: +12,6%)
- Chevron (NYSE:CVX) (Fair Value Naik: +17,8%)
- Pfizer (NYSE:PFE) (Kenaikan Fair Value: +42,4%)
- Cisco Systems (NASDAQ:CSCO) (Kenaikan Fair Value: +30,6%)
- United Parcel Service (NYSE:UPS) (Potensi Kenaikan Fair Value: +20,9%)
- Bristol-Myers Squibb (NYSE:BMY) (Kenaikan Fair Value: +21,8%)
- Amgen (NASDAQ:AMGN) (Kenaikan Fair Value: +15,2%)
- ConocoPhillips (NYSE:COP) (Kenaikan Fair Value: +17,0%)
- Gilead Sciences (NASDAQ:GILD) (Kenaikan Fair Value: +38,1%)
- EOG Resources (NYSE:EOG) (Potensi Kenaikan Fair Value: +16,1%)
Kekhawatiran atas stagnasi pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang tinggi secara konsisten kemungkinan akan menjadi pendorong utama sentimen pasar dalam beberapa bulan ke depan.
Lingkungan seperti ini disebut sebagai 'stagflasi' dan dapat terjadi jika resesi dipicu sebelum inflasi terkendali sesuai dengan yang diinginkan oleh Federal Reserve.
Secara umum, energi, utilitas, perawatan kesehatan, dan kebutuhan pokok konsumen merupakan beberapa sektor defensif yang berkinerja baik selama stagflasi. Sebaliknya, sektor-sektor yang bersifat siklikal, seperti teknologi, keuangan, dan industri, cenderung berkinerja buruk.
Saya menggunakan penyaring saham InvestingPro untuk mengidentifikasi 10 saham terbaik untuk dibeli seiring meningkatnya kekhawatiran stagflasi menjelang laporan Inflasi IHK terbaru, yang akan dirilis pada hari Rabu pukul 19.30 WIB.
Metodologi Saya:
Dengan menggunakan penyaring saham InvestingPro, saya menggunakan pendekatan metodis untuk menyaring 7.500 lebih saham yang terdaftar di bursa AS ke dalam sebuah daftar pantauan kecil yang dapat ditindaklanjuti dari perusahaan-perusahaan mapan dan diharapkan dapat memberikan imbal hasil yang solid kepada para investor, apa pun kondisi ekonominya.
Fokus saya adalah pada perusahaan-perusahaan yang terdiversifikasi dengan baik, defensif dengan profitabilitas yang solid, neraca keuangan yang sehat, arus kas bebas yang tinggi, prospek pertumbuhan yang kuat, dan valuasi yang menarik.
Lebih penting lagi, saya ingin mengidentifikasi saham-saham yang menawarkan pembayaran dividen yang baik dan telah membuktikan bahwa mereka dapat bertahan di tengah perlambatan ekonomi berkat posisinya sebagai pemimpin pasar.
Oleh karena itu, saya pertama-tama memindai nama-nama dengan imbal hasil dividen di atas 3% dan return on invested capital (ROIC) yang lebih besar dari 10%, yang merupakan rasio efisiensi modal yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai bagi semua pemangku kepentingannya.
Pada dasarnya, kedua metrik ini menunjukkan seberapa baik perusahaan menggunakan modalnya untuk menghasilkan laba.Sumber: InvestingPro
Saya kemudian mempersempitnya menjadi perusahaan-perusahaan dengan pendapatan tahunan lebih dari $20 miliar. Lebih dalam lagi, saya juga menyaring nama-nama dengan kapitalisasi pasar $10 miliar ke atas dan price-to-earnings (P/E) di bawah 20.
Terakhir, saya memindai perusahaan-perusahaan dengan Fair Value InvestingPro yang lebih besar dari 10%. Perkiraan ini ditentukan berdasarkan beberapa model penilaian, termasuk P/E Ratio, price-to-sales ratios, dan price-to-book multiples.
Setelah saya menerapkan kriteria ini, saya mendapatkan total 19 perusahaan dalam watchlist saya.
Sumber: InvestingPro
Tidak mengherankan, 16 di antaranya saat ini memiliki skor Kesehatan Finansial yang lebih tinggi dari 2,75 di InvestingPro. Hal ini menjadi tanda baik untuk masa depan karena perusahaan-perusahaan dengan skor kesehatan yang lebih besar dari 2,75 telah mengungguli pasar yang lebih luas dengan selisih yang lebar, sejak tahun 2016.
Berikut adalah 10 saham paling menjanjikan yang diperkirakan akan memberikan imbal hasil tertinggi di bulan-bulan mendatang berdasarkan model InvestingPro.
Semua perusahaan yang disebutkan menawarkan visibilitas pasar yang kuat dan telah menunjukkan sejarah panjang dalam bertahan di lingkungan pasar yang bergejolak, menjadikannya investasi yang solid di tengah iklim ekonomi saat ini dengan inflasi yang tinggi dan pertumbuhan yang melambat.
10 Saham Stagflasi Terbaik Untuk Dibeli Sekarang
Sumber: InvestingPro
Tidak mengherankan, delapan dari 10 saham yang disebutkan di atas berasal dari sektor energi dan kesehatan, pasalnya produk dan layanan mereka sangat penting bagi kehidupan sehari-hari.
Perusahaan-perusahaan ini biasanya memproduksi dan menjual berbagai produk yang dibutuhkan konsumen terlepas dari kondisi ekonomi, sehingga menjadikannya sebagai saham pilihan yang tepat di tengah kondisi saat ini.
Untuk daftar lengkap 19 saham stagflasi yang masuk dalam watchlist saya, mulailah uji coba gratis selama 7 hari dengan InvestingPro. Jika Anda sudah menjadi pelanggan InvestingPro, Anda bisa melihat pilihan saya di sini.
Apakah Anda mencari ide perdagangan yang lebih dapat ditindaklanjuti untuk mengarahkan volatilitas pasar? Perangkat InvestingPro membantu Anda mengidentifikasi saham-saham unggulan dengan mudah setiap saat.
Mulailah uji coba gratis 7 hari untuk membuka wawasan dan data yang wajib Anda miliki!
Berikut ini tautan untuk Anda yang ingin berlangganan InvestingPro dan mulai menganalisis saham sendiri.
Disclaimer: Pada saat penulisan, saya melakukan short di S&P 500 dan Nasdaq 100 melalui ProShares Short S&P 500 ETF (SH) dan ProShares Short QQQ ETF (PSQ).Saya secara teratur menyeimbangkan kembali portofolio saham individu dan ETF saya berdasarkan penilaian risiko yang sedang berlangsung terhadap lingkungan ekonomi makro dan keuangan perusahaan. Pandangan yang dibahas dalam artikel ini semata-mata merupakan pendapat penulis dan tidak bisa dianggap sebagai saran investasi.